
Bakrieku, Baktiku pada Negeriku
Tampak sedikit gusar,
dengan kemeja barunya yang berwarna putih tertindih setelan merah, dipadu span
merah senada dan heels putih anggun. Mari (24) sang CEO baru tegap melangkah
menuju mimbar pidato. Di benamkan tangan kananya ke saku dalam setelannya,
diambilnya lembaran kecil naskah, dan mulailah ia menyapa para undangan.
Bakrie dan Kekuatan: Genap
menginjakan kaki pada usianya yang ke 70 tahun menjadi sebuah titik balik
pendewasaan bagi sebuah kelompok usaha. Masa kejayaan sepanjang itu bukanlah
sesuatu yang dapat raih dengan mudah, sebab hanya satu dari sepuluh usaha yang
dapat bertahan pada lima tahun pertaman, dan hanya satu dari sepuluh perusahaan
yang bertahan selama lima tahun tadi yang dapat bertahan pada lima tahun
selanjutnya. Jadi guna dapat bertahan selama 70 tahun lamanya, sebuah usaha
harus mampu mengungguli sedikitnya seratus milyar usaha lainya.
Menjejaki usia 70 yahun
juga menjadi momentum penting guna melanjutkan tonkat estafet keberlajutan
usaha dari para pendahulu ke para penerus, sebuah generasi baru dengan warna
baru, tanpa menghilangkan sedikit pun nilai luhur generasi sebelumnya, tanpa
mengabaikan besarnya pengorbana dan perjuangan para pendahulu, namun lebih pada,
menunjukan apa yang sejatinya diharapkan besama, sebuah negeri yang lebih baik,
tugas mulia yang hanya dapat dilakukan oleh kelompok usaha raksasa industri
yang memasuki usia pendewasaanya di negeri ini, Mari menyebutnya MENATA
MARTABAT BANGSA.
Sambil sesekali menatap
tepat arah mata para undangan, sejenak ia mengambil nafas kecil, dan
melanjutkan pidatonya, dengan tempo dan nada yang sedikit lebih rendah.
Bakrie dan Kelemahan:
70 tahun mengabdi bukan berarti semua terjadi, bejalan, dan muncul secara ajaib
ada, begitu saja, jalan terjal, menajak, dan berlubang berbukit tentunya
senantiasa dijumpai merintangi. Masih segar dalam ingatan, tudingan miring,
sandungan skandal, belitan kasus, hingga tuduhan dan tuntutan terkait bencana
hinggap bersarang padanya. Bak makhluk buas tak berasaan masa dan media
mengoyak beringas mencabik menerkam jasadnya. namun syair lagu badai pasti
berlalu senantiasa benar, demikian pula sesuatu yang tidak benar, akan sirnah
seraya usaha dengan sendirinya.
Salah dan benar
tercampur aduk bak adonan kukis, ada manis gula, ada gurih garam. Tetap bersama,
genggam erat tangan satu sama lain, di tengah badai dahsyat musibah mari
bersama upayakan yang terbaik, tanpa berhenti berharap, berdoa, dan berusaha,
selalu yakin Dia mendengar, mengetahui, dan membantu dangan caranya. Mari
bersama bangkit, menciptakan apa yang perlu diciptakan, memperbaiki apa yang
perlu diperbaiki, serta meningkatkan apa yang perlu ditingkatkan menjadi bagian
dari apa yang disebut, MENATA MARTABAT BANGSA.
Seraya mengambil jedah
sejenak, ditatanya posisi pundak dan bahuna perlahan. Mulailah mengalir dari
bibir mungilnya susunan kata yang terangkai hikmat.
Bakrie dan Kesempatan:
70 tahun juga menjadi penanda terbukanya pintu menju dunia baru. Sebuah pintu
yang menunggu untuk dibuka dan dimasuk oleh mereka yang terpilih. Sembari
menata derap kekuatan dan membenahi kelemahan, sejatinya menyongsong seuatu
yang baru menjadi sebuah kebutuhan primer yang harus dipenuhi. Memandang
permasahan bukan sebagai ancaman, tidaklah mudah, namun juga tidaklah salah.
Memandang bencana bukan
sebatas derita semata, namun lebih pada pertanda perlunya perubahan dan
pemikiran kedepan. Nanti kala semua berakhir, bersama bangsa, mari menyongsong
era peradaban modern berteknologi tinggi. Bagaimana memanfaatkan lumpur-lumpur
itu menjadi bernilai tambah dan kawasan terendamnya menjadi cikal bakal
peradaban modern berteknologi tinggilah yang menjadi fokus, bersama sebagai
bangsa, bersama pasti bisa. Inilah titik fokus dari ide MENATA MARTABAT BANGSA.
Sejenak kembali
keheningan menyadap ruang aula megah diama ia berdiri berpidato dihadapan para
tokoh penting dari sebuah raksasa industri di negeri ini. Kembali Mari mengajak
segenap kawan, rekanan, dan para tamu undangan untuk tetap terjaga dalam bait
terakhir pidatonya.
Bakrie dan Ancaman: 70
tahun bukan berarti apa yang dikhawatirkan tidak akan terjadi, sebab tidak ada
yang tidak mungkin terjadi, yang ada hanya belum mungkin terjadi. Ketika
bertumbuh semakin besar, begitu besar hingga menarik apa yang tak diharapakan,
kala itulah mari bersama menguatkan diri dan terjaga. Kala berdiri dihadapan apa
yang tidak diharapkan, mulai dari yang tidak suka, yang suka menyorot
kekurangan, yang suka meminjam tangan untuk mengacau, hingga yang sekedar ikut
berulah, mari genggam erat tangan, maju bersama.
Tak goyah oleh deburan kebencian
bukan jalan satu-satunya guna bertahan dan terus bejalan ditengah pertempuran
sengit kawan-lawan. Tetap teguh dan dapat mengsiasati laju tumbuh kembang
tuntutan zaman menjadi suatu keuntungan tersendiri. Tahu kemana arah langkah bidak
kuda dapat bergerak, tersibak makna, apa-apa saja yang perlu dijaga dan disiapkan,
sembari menyusun kekuatan guna menjungkir balikkan lawan sebagai kawan, tanpa
kehilangan kawan sebagai kawan. Dengan merangkul segenap bangsa, bersama menata
indah, mari maju mendebu menderu MENATA MARTABAT BANGSA. Bakrieku, baktiku pada
negeriku
Akhir pidato yang
bersambut tepuk-tangan para kawan, rekan, dan undangan mengiringi langkah
tegapnya menuruni mimbar pidato kehormatanya sang CEO mudah, beda, dan berbahaya
(ECH).