Presented by Ngawur, Powered by Pusat Teknologi
Bermula Hobi Berbuah Manis Rejeki
Tampak asik mengulik menatap layar ponsel pintanya, Ica (21) yang senantiasa tampil modis ke kampus karena hobi berbelanjanya, duduk diam tak bersuara diantara riuh hiruk pikuk canda renyah para gadis teman akrabnya di salah satu gazebo di taman fakultas. Tak sedikitpun rasa bising menghinggapinya yang tengah melakukan aktivitas penting yang terkesan sederhana itu, Ica tengah melayani satu persatu surat pertanyaan atas pesanan para pelanggan toko online-nya, apa yang digelutinya selama hampir tiga tahun belakang ini. Dengan mengkhususkan diri sebagai toko online penyedia beragam busana dan pernak pernik para gadis remaja, usaha bermodal awal mininya itu, kini tak perna seharipun sepi oleh pengunjung, pengunjung dan pesanan senatiasa mengalir bagaikan aliran sungai firdaus yang tak perna kering. Alih-alih minta tambahan dari orang tuanya yang hanya staff biasa di sebuah perusahaan menengah di akhir bulan, sering kali justru buku, makan, dan baju didapat dari uang membahu menjual ini itu.
Tak jauh dari lokasi Ica dan para gadis, duduk terpaku seorang pemuda jangkung berkacamata sambil membuka notebook yang dibeli dari hobi berinvestasi saham lewat online traiding. Cokro, Cokro Cahyono (24) namanya, mahasiswa tingkat akhir yang tinggal menunggu waktu wisudah ini tampak berkutat menelusuri tumpukan pesan elektronik yang masuk ke inbox-nya yang dibanjiri oleh layanan berlanganan informasi seputar lowongan kerja dan penawaran beasiswa. Dilahapnya setiap informasi lowongan tenaga TI yang ditemuinya, dengan mengklik Apply. Jaman telah berubah melamar kerja kini tak butuh kertas sebanyak dulu, cukup klik, klik, klik. Mulai dari interakasi sosial, lowongan kerja, sampai kontak jodoh semua berondong-bondong bermigrasi ke internet, siapa dapat memaksimalkan pemanfaatan internet dalam layanan jasa yang dimiliknya, kini dapat ikut memimpin di depan.
Tepat disebelah tempat ia hendak melakukan wawancara kerja, terdapat rumah beratap merah. Sebuah rumah sederhana dengan dua lantai. Di lantai dua, mengunci diri di ruanganya dan enggan diganggu, Iis (16) atau yang oleh para netter lebih dikenal “Scarlet Canvas”, yang hari itu libur sekolah sebab para siswa kelas dua belas ada ujian nasional, memilih berkutat dalam dunianya sendiri. Gambar pesanan dan sketsa yang wajib selesai di tinta hari ini, membuatnya mau tak mau harus menyibukan diri di hari libur. Situs akun-akun jejaring sosial dan beberapa blog yang di kelolanya selama dua tahun ini disulap apik menjadi gallery dan media promosi seni illustrator amatir yang menghasilkan, karyanya cukup banyak mengundang perhatian pengunjung, mulai sekedar melihat, berkomentar, mengkritik, hingga menawarkan pekerjaan dengan imbalan uang. Meski awalnya tak seberapa, namun lama-lama lumayan juga, internet cerdas bermula hobi berbuah manis rejeki (ECH).
